Bak kacang goreng, penjualan krim yang menjanjikan kulit 'lebih putih' laris manis di Asia dan Afrika. Para wanita menggunakan krim itu untuk menghilangkan bercak-bercak hitam akibat jerawat. Nah tahukah Anda, bahan yang terkandung dalam krim pemutih justu membahayakan kulit bahkan kesehatan bagi penggunanya?
Pakar dermatologi Prancis Khadi Sy Bizet menentang penggunaan krem pemutih kulit. Dokter yang berasal dari Pantai Gading itu menemukan pasiennya memiliki wajah dengan bercak-bercak hitam, jerawat, dan garis-garis kaku pada kulit. Setelah ditanyai, ternyata itu merupakan dampak berkelanjutan pemakaian krim pemutih.
"Perempuan Afrika memakai krim yang mengandung kortison untuk memutihkan kulit," kata dokter yang menspesialisasikan dirinya untuk kecantikan kulit wanita Afrika itu.
Bizet menjelaskan krim pemutih mengandung zat bernama kortison. Jika digunakan untuk waktu panjang, kortison dapat merusak lapisan atas kulit.
Bizet mengaku dokter kerap menulis kortison sebagai resep untuk kasus-kasus kulit tertentu. Itupun digunakan untuk waktu singkat agar menghindari efek negatif. Tapi perempuan Afrika justru mencari efek samping itu dengan risiko merusak kesehatannya sendiri.
Tak hanya itu, kata Bizet, kortison sebenarnya obat peredam rasa sakit karena dosisnya keras. Apabila meresap ke dalam darah, penggunanya akan berisiko menderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit akut yang membuatnya harus menjalani perawatan lama.
Bahan keras lainnya yang sering terkandung dalam krim pemutih adalah hydrochinon. Bahan kimia ini dulunya digunakan di kamar gelap dalam dunia fotografi. Cukup lama hydrochinon sempat dikenal sebagai sarana manjur menghilangkan bercak di kulit.
Meski demikian penggunaan secara sering dapat menimbulkan efek samping seperti kulit menjadi merah, terbakar, dan gatal-gatal. Oleh sebab itu Uni Eropa melarang penggunaan hydrochinon pada produk-produk kosmetik sejak tahun 2001.
Selain bahan kimia ada pula produk krim pemutih yang mengandung air raksa. Bahan yang tergolong memiliki kadar racun tinggi ini, dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ tubuh sampai menimbulkan kematian. Raksa juga terkandung pada sabun-sabun yang dijual di Afrika. Semua produk ini harus digunakan setiap hari. Jika tidak, warna kulit akan kembali menjadi gelap, yang merupakan warna kulit aslinya.(go4/***)
Pakar dermatologi Prancis Khadi Sy Bizet menentang penggunaan krem pemutih kulit. Dokter yang berasal dari Pantai Gading itu menemukan pasiennya memiliki wajah dengan bercak-bercak hitam, jerawat, dan garis-garis kaku pada kulit. Setelah ditanyai, ternyata itu merupakan dampak berkelanjutan pemakaian krim pemutih.
"Perempuan Afrika memakai krim yang mengandung kortison untuk memutihkan kulit," kata dokter yang menspesialisasikan dirinya untuk kecantikan kulit wanita Afrika itu.
Bizet menjelaskan krim pemutih mengandung zat bernama kortison. Jika digunakan untuk waktu panjang, kortison dapat merusak lapisan atas kulit.
Bizet mengaku dokter kerap menulis kortison sebagai resep untuk kasus-kasus kulit tertentu. Itupun digunakan untuk waktu singkat agar menghindari efek negatif. Tapi perempuan Afrika justru mencari efek samping itu dengan risiko merusak kesehatannya sendiri.
Tak hanya itu, kata Bizet, kortison sebenarnya obat peredam rasa sakit karena dosisnya keras. Apabila meresap ke dalam darah, penggunanya akan berisiko menderita diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit akut yang membuatnya harus menjalani perawatan lama.
Bahan keras lainnya yang sering terkandung dalam krim pemutih adalah hydrochinon. Bahan kimia ini dulunya digunakan di kamar gelap dalam dunia fotografi. Cukup lama hydrochinon sempat dikenal sebagai sarana manjur menghilangkan bercak di kulit.
Meski demikian penggunaan secara sering dapat menimbulkan efek samping seperti kulit menjadi merah, terbakar, dan gatal-gatal. Oleh sebab itu Uni Eropa melarang penggunaan hydrochinon pada produk-produk kosmetik sejak tahun 2001.
Selain bahan kimia ada pula produk krim pemutih yang mengandung air raksa. Bahan yang tergolong memiliki kadar racun tinggi ini, dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ tubuh sampai menimbulkan kematian. Raksa juga terkandung pada sabun-sabun yang dijual di Afrika. Semua produk ini harus digunakan setiap hari. Jika tidak, warna kulit akan kembali menjadi gelap, yang merupakan warna kulit aslinya.(go4/***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar